Libur sekolah
telah tiba. Di sebuah sekolah ternama di kota Banjarmasin para murid
bersemangat mengatur rencana untuk mengisi hari libur mereka dengan kegiatan
yang bermakna dan bermanfaat. Lain dengan Edi, Anang dan Rudi mereka mengatur
rencana untuk berlibur ke puncak tanpa sepengetahuan orang tua dan pihak guru
di sekolah. Keesokan harinya Anang, Rudi dan Edi minta ijin ke orang tua agar
di ijinkan untuk mengikuti kegiatan berkemah di sekolah, padahal saat itu di
sekolah tidak ada acara berkemah, mereka berkemas menyiapkan barang-barang dan
kebutuhan selama ke camping ke puncak, tepat jam 10.35 wita mereka berangkat
menuju puncak yang berada jauh di daerah Kabupaten Banjar, Puncak ini terkenal
dengan air terjun, pemandian putri raja dan bekas benteng peninggalan belanda,
tidak ada masalah di dalam perjalanan mereka ke puncak karena jalan menuju
puncak pada saat itu tidak lah terlalu ramai. Setibanya di lokasi yang di tuju
tepat jam 12.00 wita mereka membereskan perbekalan mereka dan mengatur tempat
yang strategis untuk mendirikan kemah, tepat di dekat air terjun dan di bawah
lereng kolam pemandian putri raja yang terkenal angker dan jauh dari pemukiman
warga setempat, setelah mereka mendirikan kemah Anang dan Rudi pergi mencari
ranting-ranting tua yang sudah kering untuk d jadikan kayu bakar buat memasak
makanan dan membuat api unggun buat malam sedangkan Edi tidak ikut dia menjaga
kemah. Tanpa di sadari, mereka ternyata sudah terlalu jauh berjalan meninggalkan
lokasi kemah. Anang dan Rudi tersesat padahal mereka sudah bertanya ke orang
yang berpapasan dengan mereka di jalan. Lebih dari 10 kali mereka berjalan
tetap saja kembali ketempat yang sama. Akhirnya mereka berdua duduk istirahat
di pinggir aliran air terjun wajah mereka terlihat kelelahan dan pucat.
Sedangkan Edi yang di tinggal kan sendirian di kemah merasa tidak tenang dan
ketakutan, karena setiap ada bunyi-bunyian di semak-semak dan pepohonan dia
langsung menjerit memanggil nama kedua temannya sambil memegang sebilah kayu. Malam
telah tiba tanpa di sadari akibat kelelahan mencari jalan pulang ke kemah Anang
dan Rudi Ketiduran di pinggir aliran air terjun, dan dengan nekat akhirnya Edi
berbekalkan sentar dan sebilah kayu memberanikan diri masuk ke dalam hutan
menyusul Anang dan Rudi kedalam hutan. Di sepanjang jalan Edi selalu di ganggu
dengan bermacam- macam suara tawa misterius yang membuat Edi lari terbirit-
birit. Di lain tempat Anang dan Rudi terbangun karena di kejutkan oleh genangan
air dari aliran air terjun yang semakin dalam dan deras sesekali suara air
tejun menyerupai suara tawa raksasa. Anang dan Rudi dengan langsung lari
terbirit-birit menjauhi aliran air terjun sampai di sebuah pohon besar. Tanpa
di sengaja Edi, Rudi dan Anang saling bertabrakan. Mereka bertiga terlihat
ketakutan dan masing-masing mulut mereka komat kamit membaca doa sambil bersandar
di pohon besar dan akhirnya jatuh pingsan. Keesokan harinya mereka sadar dan
terbangun karena terkena cahaya matahari dari sela-sela daun pohon cemara yang
sangat besar tepat di tepian kolam pemandian putri raja. Mereka bergegas
meninggalkan tempat itu dan berbenah merapikan kemah dan segera pergi dari
puncak yang terkenal angker. Saat mereka turun dari puncak mereka bertemu dengan
seorang kakek yang sedang mencari rumput buat pakan ternak sapi. Mereka bertiga
berhenti dan bertanya kepada kakek tersebut tentang tempat perkemahan yang
membuat mereka ketakutan sampai jatuh pingsan. Dengan singkat kakek itu
menjawab dengan raut muka misterius menjawab sambil tertawa “Kalian masuk tanpa
ijin dan mendirikan kemah tepat di depan istana raja kami kalian harus pergi
atau kalian akan mati!!!”. Edi, Rudi dan Anang langsung bergegas lari untuk
pergi tanpa menoleh kebelakang lagi.